Sabtu, 15 Oktober 2011

Reformasi sepertinya juga terjadi di PSSI

Berakhir sudah rezim Nurdin Halid cs di balantika persepakbolaan Indonesia. Tapi, kepemimpinan Djohar Arifin dkk tidaklah lebih baik saat ini. Masalah - masalah yang menjadikan Nurdin cs lengser, belum terlihat akan selesai saat ini. Bahkan bisa dibilang, ada beberapa masalah itu yang bertambah sakit.

Kalau di masa Nurdin LPI menjadi masalah, kini memang sudah selesai. Dengan selesainya masalah ini, PSSI terhindar dari sanksi AFC. Memang sebuah prestasi. Tapi, dibalik itu semua, PSSI ternyata kurang tegas. Jumlah peserta yang asalnya 18 tim, membengkak menjadi 24 tim. That's right, hal ini adalah sesuatu yang wajar karena luas Indonesia yang besar. Tapi, dalam menentukan tim siapa saja yang berhak tampil di liga nomer satu di indonesia itu, PSSI menunjukkan ke-tidak bijaksanaannya.

Lain lagi, sekarang saat semua tim tengah bersiap menjalani musim baru, PSSI kembali menunjukkan ketidakbecusannya. Jadwal tidak jelas, manual liga yang tak jelas pula, serta pembagian saham yang menyalahi statuta. Dalam kongres di Bali, disebutkan bahwa 99% saham akan menjadi milik klub dan 1% akan menjadi milik PSSI. Ternyata, 70% untuk sang ketua dan 30% untuk sang wakil, Farid Rahman. Sungguh bukan sesuatu yang bagus di tengah prestasi timnas yang kurang gemilang walaupun sudah mengalami perkembangan.

Bisa dibilang, PSSI telah bereformasi, dari rezim Nurdin Halid ke masanya Pak Johar. Kedikdayaan Nurdin Halid digantikan dengan rasa ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja orang - orang PSSI. Sama seperti Indonesia, Suharto yang berkuasa 32 tahun direformasi. Alih - alih lebih baik, hanya pertamanya saja, selanjutnya sama saja. Memang, kepemimpinan PSSI yang baru masihlah sebentar, semoga saja nantinya PSSI tidak seperti pemerintahan yang semakin banyak korupsi. Amin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar